Analis memperkirakan saham-saham konsumer hingga perbankan tetap menarik untuk dibeli demi mengoleksi cuan. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat).
Jakarta, CNN Indonesia --
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.812 pada akhir pekan lalu, Jumat (16/12). Indeks saham menguat 60,33 poin alias setara 0,89 persen dari perdagangan sebelumnya. Secara akumulatif, perdagangan saham dalam sepekan menguat 1,45 persen.
Tercatat, penanammodal asing jual bersih (net sell) minus Rp3,72 triliun. Pelaksana Harian Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gusti Agung Alit mengatakan rata-rata nilai transaksi harian bursa melesat 3,07 persen menjadi Rp15.194 triliun dari Rp14.742 triliun pada sepekan sebelumnya.
Sedangkan rata-rata gelombang transaksi harian bursa berubah sebesar 6,67 persen, ialah menjadi 1,04 juta transaksi selama sepekan dari 1,11 transaksi pada sepekan sebelumnya.
Tak hanya itu, rata-rata volume transaksi bursa meningkat sebesar 16,95 persen menjadi 28,56 miliar dari 24,42 miliar saham pada penutupan pekan lalu.
Pengamat Pasar Modal Oktavianus Audi memperkirakan pergerakan IHSG sepekan ke depan bakal menguat meskipun terbatas.
Jika memandang indikator, William memandang IHSG telah sukses keluar dari area jenuh jual alias oversold. Prediksinya, IHSG bergerak di rentang support 6.480-6.560 dan resistance di 6.930.
Hal ini diakibatkan sentimen dari keputusan suku kembang Bank Indonesia (BI) nan diperkirakan naik 25 bps (basis points) alias 5,5 persen pada Desember 2022.
"Kenaikan dinilai lebih moderat dibandingkan sebelumnya lantaran inflasi nan naik sudah mulai terbatas sementara. Ini menjadikan sentimen nan positif untuk pasar di tengah pengetatan kebijakan moneter nan moderat," ungkap Oktavianus ketika dihubungi, Minggu (18/12).
Ia menilai penanammodal bisa memanfaatkan kesempatan penguatan jangka pendek nan berpotensi terjadi meski terbatas. Walaupun, penanammodal kudu tetap mengantisipasi juga respons terkait pandangan BI pada saat keputusan suku kembang pekan ini.
Melihat sentimen ini, Oktavianus merekomendasikan tiga sektor nan berpotensi cuan, ialah keuangan, consumer goods (konsumer), dan basic industry (industri dasar).
"Alasannya, sentimen dari kebijakan moneter nan lebih mendingin dan sentimen permintaan komoditas nan tetap tinggi," ucapnya.
Adapun rekomendasinya, ialah Antam alias ANTM, Unilever alias UNVR, dan Bank BRI alias BBRI. Untuk ANTM, dia menyarankan melakukan trading buy (beli). Sebab, parameter menunjukkan nilai ANTM sudah keluar dari area jenuh jual. Potensi nilai menguat menuju area level 2.150-2.180 dengan support di 1.910.
Begitu pula dengan saham UNVR nan disarankan trading buy (beli) lantaran mempunyai potensi nilai menguat menuju area level 5.280-5.400 dan support di 4.650.
Terakhir, untuk saham BBRI, Oktavianus merekomendasikan penanammodal melakukan buy on break. Alasannya, nilai BBRI sukses memperkuat di atas support 4.830 pada perdagangan pekan lalu.
"Jika nilai breakout resistance di level 5.000, maka bakal membuka kesempatan penguatan menuju 5.200 dan supportdilevel4.830," tegasnya.
[Gambas:Video CNN]
Pandangan serupa datang dari pembimbing investasi saham dan derivatif sekaligus CEO Akela Trading System Hary Suwanda. Ia menilai bursa saham berpotensi kembali dengan pola bullish dalam sepekan mendatang. Bullish adalah kondisi pasar saham saat tren sedang naik.
Menurutnya, IHSG berpotensi melanjutkan perdagangan ke level 6.955. Sementara, support nan diperkirakan berada di level 6.642.
Hary juga memandang sentimen nan berpengaruh besar datang dari luar negeri, terutama usai The Fed mengerek suku kembang Fed Fund Rate sebesar 50 bps menjadi 425-450.
Meski telah diantisipasi oleh pasar sebelumnya, namun para penanammodal tetap cemas sikap The Fed nan condong garang dalam menjaga stabilitas nilai (hawkish).
Sikap ini tertuang pada Survey of Economic Projection nan menunjukkan rata-rata member The Fed sepakat untuk mempertahankan suku kembang 5,1 persen sepanjang tahun depan.
"Hal ini langsung memicu timbulnya kembali kekhawatiran bakal The Fed Over-Tightening, sehingga berakibat ekonomi AS masuk ke dalam resesi," kata Hary.
Ia pun merekomendasikan peralatan konsumen primer (consumer non cyclical) sebagai sektor nan tetap bakal menghasilkan pundi-pundi.
Sebab, dalam kondisi inflasi, sektor ini relatif tidak terpengaruh dibandingkan sektor lain.
"Sektor nan kudu dihindari adalah sektor nan peka terhadap kenaikan suku bunga, serta saham-saham nan secara esensial tetap membukukan negative earnings, beban utang besar, kurang baik dalam kondisi bank sentral nan meningkatkan suku kembang guna memerangi inflasi," imbuhnya.
Tiga saham pilihan Hary adalah Indofood CBP alias ICBP nan ditargetkan naik ke level 10.850 dengan support 9.925.
Kemudian, Indah Kiat Pulp & Paper alias INKP dengan sasaran level 10.375 dan support 8.975 dan Antam alias ANTM dengan sasaran 2.120 serta support 1.900.
(cfd/bir)