Ketakutan AS Terhadap Resesi Kembali, Kepercayaan Diri Hilang

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

CNN Indonesia

Senin, 19 Des 2022 20:40 WIB

Bagikan :  

Ketakutan orang AS terhadap resesi ekonomi kembali meningkat. Bahkan, kepercayaan diri terhindar dari resesi nan tadinya kuat semakin memudar. Ketakutan orang AS terhadap resesi ekonomi kembali meningkat. Bahkan, kepercayaan diri terhindar dari resesi nan tadinya kuat semakin memudar. (AFP/Tolga Akmen).

Jakarta, CNN Indonesia --

Ketakutan orang AS terhadap resesi ekonomi kembali meningkat. Bahkan, kepercayaan diri terhindar dari resesi nan tadinya kuat semakin memudar.

Ekonomi Inggris John Maynard Keynes menuturkan ketakutan, harapan, ketidakpastian, dan kepercayaan diri dalam perekonomian merupakan perihal nan sangat susah diukur. Malahan, mengkhawatirkan resesi hanya bakal membikin prakiraan tersebut terjadi dengan sendirinya.

Kepala Ekonom Moody's Analytics Mark Zandi menilai ancaman resesi merenggut kepercayaan diri konsumen. Ia menjelaskan lebih lanjut, konsumen nan cemas kehilangan pekerjaan, bakal mengendalikan shopping alias pengeluarannya.

Sementara, pemimpin upaya nan cemas penjualan mereka menurun, memutuskan untuk mulai merumahkan sebagian pekerja.

"Anda masuk ke dalam siklus negatif nan memperkuat ketakutan diri sendiri. Jadi, ketika sentimen seburuk ini dan mulai menyantap dirinya sendiri, kita sangat berisiko," imbuhnya seperti dilansir CNN Business, Senin (19/12).

Meskipun informasi menunjukkan ekonomi AS mulai menggeliat. Tercermin dari pertumbuhan ekonomi AS nan mencapai 2,9 persen pada kuartal ketiga. Bahkan, tingkat pengangguran pun mendekati level terendah dalam 50 tahun terakhir.

Tapi, kata Zandi, informasi itu tidak bakal memperkuat lama. Terutama setelah The Fed, bank sentral AS menurunkan proyeksi pertumbuhan AS pada 2023 menjadi hanya 0,5 persen. Sementara, tingkat pengangguran diproyeksikan naik menjadi 4,6 persen pada akhir tahun depan.

CEO United Airlines Scott Kirby mengakui bahwa pegiat upaya berpikir seolah-olah bakal ada resesi ringan pada 2023 nanti. Banyak orang di bumi upaya membicarakan perihal itu dan memang dirasakan sendiri oleh Kirby.

"Tetapi, jika saya tidak menonton kegiatan upaya alias membawa Wall Stress Journal, maka kata resesi tidak bakal ada dalam kamus saya, lantaran memang saya tidak melihatnya dalam data," terang dia.

Gubernur The Fed Jerome Powell dan banyak ahli ekonomi AS, termasuk Menteri Keuangan AS Janet Yellen tetap memandang jalan keluar resesi dengan langkah soft landing di mana ekonomi cukup lambat untuk menurunkan inflasi, tetapi tidak bakal menyebabkan resesi.

"Tetapi, selalu ada akibat resesi. Ekonomi tetap dan tetap rentan terhadap guncangan," kata Yellen dalam 60 Minutes CBS.

Meski begitu, Zandi optimis ada sisi terang dari kekhawatiran resesi. "Misalnya, mereka bakal sangat berhati-hati. Mereka tidak bakal mengambil akibat besar. Mereka tidak mengambil banyak utang. Mereka tidak bakal mengambil langkah ekspansi," jelasnya.

Apalagi, CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon menambahkan dengan inflasi nan tetap berada di level tertinggi dalam satu generasi dan bank sentral di bumi terus meningkatkan suku bunga, akibat resesi untuk tahun 2023 tidak diragukan lagi.

"Saya pikir, masuk logika untuk gugup dan ekstra berhati-hati tentang prospek ekonomi pada tahun depan," ucapnya.

[Gambas:Video CNN]

(bir/agt)

Bagikan :  

Selengkapnya
Sumber Investing
Investing
Atas