Mesir Ketagihan 'Ngutang', Pinjam Lagi ke IMF Rp46,8 T

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

Ekonomi Mesir 'sakit' dan kudu kembali berutang ke Dana Moneter Internasional (IMF). Ekonomi Mesir 'sakit' dan kudu kembali berutang ke Dana Moneter Internasional (IMF). Ilustrasi. (REUTERS/MOHAMED ABD EL GHANY).

Jakarta, CNN Indonesia --

Ekonomi Mesir 'sakit' dan kudu kembali berutang ke Dana Moneter Internasional (IMF). 

Lembaga finansial internasional itu bakal menggelontorkan pinjaman US$3 miliar alias setara Rp46,8 triliun (asumsi kurs Rp15.615 per dolar AS) ke Mesir.

"Program untuk Mesir menghadirkan paket kebijakan komprehensif untuk menjaga stabilitas ekonomi makro, memulihkan penyangga ekonomi, dan membuka jalan bagi pertumbuhan nan inklusif," kata pernyataan resmi IMF, Jumat (16/12).

Selama pinjaman berjalan dalam nama Extended Fund Facility (EFF) diharapkan dapat mengkatalisasi pembiayaan tambahan sekitar US$14 miliar alias setara Rp218,6 triliun dari mitra internasional dan regional Mesir.

Inflasi Mesir berada di level tertinggi dalam lima tahun, membikin nilai makanan dan barang-barang pokok lainnya tidak terjangkau oleh puluhan juta orang rentan di Mesir.

Negara Afrika Utara itu sekarang berutang lebih dari US$52 miliar kepada lembaga-lembaga multilateral, setidaknya 44,7 persen adalah utang kepada IMF.

Mengutip CNN Business, utang luar negeri Mesir meningkat lebih dari tiga kali lipat antara Juni 2013 hingga Maret 2022.

Kepala Divisi Afrika dan Timur Tengah German Institute for International and Security Affairs (SWP) Stephan Roll mengatakan jumlah tersebut meningkatkan rasio utang luar negeri Mesir terhadap PDB dari 15 persen menjadi lebih dari 35 persen.

"Tidak ada akhir nan terlihat," tegas Roll.

Menurut sejumlah analis, ketidakmampuan Mesir untuk mengubah langkah kerja ekonominya, termasuk melonggarkan kontrol ketat militer, menjadi akar masalah kejatuhan ekonomi negara tersebut.

Hal tersebut pada akhirnya menghalang persaingan sektor swasta nan mendorong investasi.

Mesir tercatat kecanduan utang selama beberapa tahun. Pada 2016, Presiden Abdel Fattah al-Sisi membikin kesepakatan dengan IMF nan memberikan pinjaman US$12 miliar.

Di lain sisi, Mesir malah menghabiskan sebagian besar biaya untuk megaproyek mewah nan dianggap tidak perlu oleh para pengamat.

Mesir disarankan lebih memperhatikan sektor-sektor lain nan sangat memerlukan dukungan, termasuk pendidikan dan perawatan kesehatan.

Meski dikritik, Pemerintah Mesir telah berulang kali memihak megaproyek tersebut. Mereka berkilah langkah itu diambil untuk meningkatkan infrastruktur, transportasi, dan telekomunikasi.

"Ini adalah proyek nan tidak dapat dikesampingkan, lantaran merupakan proyek nan dibutuhkan oleh penduduk Mesir," kata Perdana Menteri Mostafa Madbouly dalam konvensi pers Mei lalu.

Menurut informasi pemerintah, nyaris 30 persen populasi Mesir berada di bawah garis kemiskinan. Sementara itu, Bank Dunia  memperkirakan bahwa sekitar 60 persen populasi Mesir miskin alias rentan pada 2019 lalu.

[Gambas:Video CNN]

(skt/sfr)

Selengkapnya
Sumber Investing
Investing
Atas