The Fed mengisyaratkan tidak bakal meningkatkan lagi suku kembang pada tahun depan, tapi juga tidak berfaedah menurunkannya sampai inflasi ke tingkat 2 persen. (Alex Wong/Getty Images/AFP).
Jakarta, CNN Indonesia --
The Federal Reserve (The Fed) alias bank sentral AS mengisyaratkan tidak bakal menaikkan suku bunga pada 2023 nanti. Tapi, jangan buru-buru berambisi suku kembang bakal turun.
The Fed mengaku bakal tetap mempertahankan kebijakan moneter ketat demi memerangi lonjakan inflasi. Targetnya adalah mengembalikan tingkat inflasi jadi dua persen.
"Bukan pada penurunan suku bunga. Tapi, kami pikir kami kudu mempertahankan sikap kebijakan nan membatasi (moneter) untuk beberapa waktu ke depan," ujar Gubernur The Fed Jeremy Powell dilansir CNN Business, Kamis (15/12).
"Pengalaman, sejarah, sangat berhati-hati terhadap kebijakan pelonggaran (moneter) sebelum waktunya dan saya tidak sedang mengatakan kami mempertimbangkan penurunan suku bunga," katanya melanjutkan.
Bahkan, Powell menolak angan suku kembang bakal turun dalam waktu dekat. Ia menegaskan meski The Fed memperlambat kenaikan suku bunganya kelak, bukan berfaedah suku kembang bakal turun sigap sekalipun ekonomi melambat.
Inflasi, kata Powell, adalah musuh utama nan menjadi perhatian The Fed. "Kami mempunyai penilaian bahwa kami tidak cukup membatasi apalagi dengan langkah nan kami lakukan hari ini," imbuhnya.
"Kita kudu tetap di sana (era suku kembang tinggi) setidaknya sampai betul-betul percaya bahwa inflasi bakal turun berkelanjutan, meskipun bakal menyantap waktu cukup lama," terang dia.
Tadi malam, The Fed kembali mengumumkan kebijakan moneter ketat dengan meningkatkan suku kembang sebesar 50 pedoman poin (bps) menjadi 4,25 persen-4,5 persen.
Kendati kenaikannya sejalan dengan prediksi pasar, namun langkah ini mendorong kenaikan kembang angsuran di AS menyentuh level tertinggi sejak 15 tahun terakhir.
The Fed tercatat meningkatkan suku bunganya sebanyak tujuh kali secara berturut-turut sejak awal tahun ini.
Alasannya, demi meredam lonjakan inflasi AS nan pada November berada di level 7,1 persen alias turun dibandingkan 7,7 persen pada bulan sebelumnya.
[Gambas:Video CNN]
(bir/dzu)